Tampilkan postingan dengan label Kristen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kristen. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 September 2013

Martin Luther

Gambar Martin Luther di samping kiri ini saya ambil dari wikipedia dimana gambar dibuat oleh Lucas Cranach pada tahun 1533.
Lahir pada tanggal 10 November 1483 dan meninggal pada tanggal 18 Februari 1546 di Eisleben, Sachsen, Kekaisaran Romawi Suci.







Yang kebanyakan orang tahu tentang tokoh Martin Luther ini adalah sebagai pendiri agama Kristen Protestan seperti yang diajarkan waktu SMU dalam pelajaran sejarah dunia. Dan yang terkenal adalah karena keberaniannya menentang kebijakan Paus dari Roma yang saat ini mempunyai kekuasaan yang terhitung tinggi.
Salah satu kebijakan Paus yang ditentang adalah kebijakan penghapusan dosa dengan membeli surat Indulgensia, jadi kalau beli surat ini maka dosanya bahkan dosa kerabatnya bisa ditebus. Kebijakan ini pun dibuat bukan berdasarkan kebenaran kitab suci tapi semata-mata untuk kepentingan Paus saat itu yang sedang memperbaiki Basilika St. Petrus di Roma. (Karena kalau menurut kepercayaan Kristen yang tercantum dalam Alkitab, keselamatan dan pengampunan akan dosa hanya melalui Yesus Kristus)

Untuk masa kecil hingga akhir dari riwayat Martin Luther dapat baca di wikipedia atau di www.sarapanpagi.org karena memberi ulasan yang cukup untuk pengetahuan kita. Atau dengan membeli buku-buku yang secara khusus membahas mengenai tokoh Martin Luther ini.

Pada tanggal 31 Oktober 1517 yang sangat fenomenal, Martin Luther menerbitkan 95 dalil yang merupakan ajakan dari Martin Luther untuk berdiskusi terbuka dengan utusan Paus saat itu yang ditugaskan menjual surat indulgensia. 95 dalil tersebut dapat dilihat di gambar berikut:


Yang jika di bahasa Indonesiakan sebagai berikut:
  1. Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus, ketika Ia mengucapkan "Bertobatlah" dan seterusnya, menyatakan bahwa seluruh hidup orang-orang yang percaya harus diwarnai dengan pertobatan.
  2. Kata ini tidak boleh dimengerti dan mengacu kepada hukuman sakramental; yang maksudnya berkaitan dengan proses pengakuan dan pelepasan (dosa) yang diberikan oleh imam-imam yang dilakukan di bawah pelayanan imam-imam.
  3. Dan, pertobatan tidak hanya mengacu pada penyesalan batiniah; tidak, penyesalan batiniah semacam itu tidak ada artinya, kecuali secara lahiriah menghasilkan pendisiplinan diri terhadap keinginan daging.
  4. Jadi, hukuman tersebut berlanjut selama ada kebencian pada diri sendiri - maksudnya, penyesalan sejati yang berlanjut hingga kita masuk dalam kerajaan surga.
  5. Paus tidak memiliki kekuatan maupun kuasa untuk mengampuni kesalahan apa pun, kecuali yang telah ia berikan dengan otoritasnya sendiri atau oleh peraturan.
  6. Paus tidak memiliki kuasa untuk mengampuni dosa apa pun, kecuali dengan menyatakan dan menjaminnya telah diampuni Allah; atau setidaknya ia dapat memberikan pengampunan pada kasus-kasus yang menjadi tanggung jawabnya, dalam kasus tersebut jika kuasanya diremehkan, kesalahan akan tetap ada.
  7. Allah tidak pernah mengampuni dosa apa pun tanpa pada saat yang sama, Dia menundukkan diri manusia tersebut dengan merendahkan diri dalam segala sesuatu, kepada otoritas imam yang adalah wakil-Nya.
  8. Peraturan pengakuan dosa hanya dikenakan pada orang yang hidup dan tidak seharusnya dikenakan pada orang yang mati; menurut peraturan tersebut.
  9. Oleh karena itu Roh Kudus berkarya dalam diri Paus untuk melakukan hal yang baik bagi kita. Sejauh dalam keputusannya, Paus selalu membuat pengecualian terhadap aturan kematian dan nasib seseorang.
  10. Imam-imam bertidak salah dan tanpa pengetahuan, jika dalam kasus orang sekarat mengganti hukum kanonik dengan api penyucian.
  11. Benih ilalang tentang mengubah hukuman kanonik menjadi hukuman di api penyucian tampaknya tentu saja telah ditaburkan, sementara para uskup tertidur.
  12. Pada mulanya, hukum kanonik dikenakan bukan sesudah, melainkan sebelum pengampunan sebagai ujian untuk pertobatan yang sejati.
  13. Orang yang sekarat melunasi semua hukuman dengan kematian, dianggap sudah mati sesuai hukum kanon dan mendapat hak dilepaskan dari hukum kanon.
  14. Kebaikan atau kasih yang tidak sempurna dari orang yang sekarat pasti menyebabkan ketakutan yang besar, dan semakin sedikit kebaikan atau kasihnya, makin besar ketakutan yang diakibatkannya.
  15. Rasa takut dan ngeri tersebut sudah cukup bagi dirinya sendiri, tanpa berbicara hal-hal lain, tanpa ditambah penderitaan di api penyucian karena hal tersebut dekat dengan kengerian akibat keputus-asaan.
  16. Neraka, api penyucian dan surga tampak berbeda seperti halnya keputus-asaan, hampir putus asa dan kedamaian pikiran itu berbeda.
  17. Jiwa dalam api penyucian, tampaknya harus seperti ini: disaat kengerian menghilang maka kasih meningkat.
  18. Namun, hal itu tidak terbukti dengan penalaran apa pun atau ayat Alkitab mana pun, api penyucian berada di luar kebaikan seseorang.
  19. Hal itu juga tidak terbukti, bahwa jiwa dalam api penyucian yakin dan mantap dengan berkat mereka sendiri; mereka semua, bahkan jika kita bisa sangat yakin dengan hal tersebut.
  20. Oleh karena itu Paus, jika ia berbicara tentang pengampunan sepenuhnya dari semua hukuman, itu bukan sekedar bermakna semua dosa, melainkan hanya hukuman yang ia jatuhkan sendiri.
  21. Jadi para pengkhotbah pengampunan dosa yang berkata bahwa dengan surat pengampunan dosa dari Paus maka seseorang dibebaskan dan diselamatkan dari semua hukuman, telah melakukan kesalahan.
  22. Sebab sesungguhnya ia tidak menghapuskan hukuman yang harus mereka bayar dalam kehidupan sesuai dengan peraturan, bagi jiwa-jiwa di api penyucian.
  23. Jika pengampunan sepenuhnya bagi semua hukuman bisa diberikan kepada seseorang, sudah tentu tidak akan diberikan kepada seorang pun kecuali orang yang paling sempurna, yaitu kepada sangat sedikit orang.
  24. Oleh karena itu sebagian besar orang pasti tertipu dengan janji pembebasan dari hukuman yang bersifat tidak pandang bulu dan sangat manis itu.
  25. Kekuasaan seperti itu dimiliki Paus atas api penyucian secara umum, seperti halnya dimiliki setiap uskup di keuskupannya dan setiap imam di jemaatnya sendiri secara khusus.
  26. Paus bertindak benar dengan memberikan pengampunan dosa kepada jiwa-jiwa, bukan dengan kekuasaan kunci-kunci (yang tak ada gunanya dalam hal ini) melainkan dengan doa syafaat.
  27. Orang yang berkata bahwa jika seseorang terlepas dari api penyuciaan segera setelah uang dimasukkan ke peti yang menimbulkan bunyi gemerincing, berkotbah dengan gila.
  28. Sudah tentu, jika uang dimasukkan ke peti akan menimbulkan bunyi gemerincing, ketamakan dan keuntungan mungkin meningkat, tetapi doa syafaat gereja tergantung pada kehendak Allah semata-mata.
  29. Siapa tahu apakah semua jiwa di api penyucian ingin dibebaskan darinya atau tidak, sesuai dengan cerita yang dikisahkan tentang Santo Severinus dan Paschal?
  30. Tidak ada seorang pun yang yakin tentang realita perasaan berdosanya sendiri, terlebih-lebih pencapaian pengampunan dosa seluruhnya.
  31. Seperti halnya petobat sejati itu jarang, demikian juga orang yang sungguh-sungguh membeli surat pengampunan dosa itu jarang - maksudnya sangat jarang.
  32. Orang yang percaya bahwa melalui surat pengampunan dosa, mereka dijamin mendapatkan keselamatan mereka, akan dihukum secara kekal bersama dengan guru-guru mereka.
  33. Kita harus secara khusus berhati-hati terhadap orang yang berkata bahwa surat pengampunan dari Paus ini merupakan karunia Allah yang tak ternilai harganya, yang menyebabkan seseorang diperdamaikan dengan Allah.
  34. Sebab kasih karunia yang disalurkan melalui pengampunan ini hanya berkaitan dengan hukuman untuk memenuhi hal-hal yang bersifat sakramen, yang ditentukan oleh manusia.
  35. Orang yang mengajarkan bahwa penyesalan yang mendalam itu tidak diperlukan oleh orang-orang yang membeli jiwa-jiwa keluar dari api penyucian atau membeli lisensi pengakuan, tidak mengkhotbahkan doktrin Kristen.
  36. Setiap orang Kristen yang merasakan penyesalan sejati akan mendapatkan pengampunan dosa seluruhnya yang sejati dari penderitaan dan rasa bersalah, bahkan meskipun tanpa surat pengampunan dosa.
  37. Setiap orang Kristen sejati, entah yang hidup atau yang mati, mendapatkan bagian dalam semua berkat Kristus dan gereja yang diberikan kepadanya oleh Allah meskipun tanpa surat pengampunan dosa.
  38. Namun, pengampunan dosa yang dilakukan oleh Paus tidak boleh dipandang rendah dengan cara apa pun sebab pengampunan, seperti yang saya katakan merupakan penyataan pengampunan dosa dari Allah.
  39. Menekankan dampak pengampunan dosa yang besar dan pada saat yang sama menekankan pentingnya penyesalan yang sejati di mata orang-orang, merupakan hal yang paling sulit bahkan untuk teolog terpelajar sekalipun.
  40. Penyesalan yang sejati mendambakan dan mencintai hukuman, sementara hadiah pengampunan dosa menjadikannya lega dan membuat manusia membencinya, atau paling tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk membencinya.
  41. Pengampunan dosa apostolik harus dinyatakan dengan penuh hati-hati, jika tidak orang-orang secara salah akan menduga hal itu diletakkan pada perbuatan baik kasih lainnya.
  42. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus tidak pernah berpikir bahwa pembelian surat pengampunan dosa dalam cara apa pun bisa dibandingkan dengan karya kasih karunia.
  43. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memberi kepada orang miskin atau memberi pinjaman kepada orang yang kekurangan, berbuat lebih baik daripada jika ia membeli surat pengampunan dosa.
  44. Karena, melalui kasih, kasih meningkat dan manusia menjadi lebih baik; sementara melalui surat pengampunan dosa, ia tidak menjadi lebih baik, tetapi hanya lebih bebas dari hukuman.
  45. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memandang orang yang kekurangan dan melewatinya, lalu memberikan uang untuk mendapatkan pengampunan dosa, tidak sedang membeli surat pengampunan dosa dari Paus untuk dirinya sendiri, tetapi mendatangkan murka Allah.
  46. Orang-orang Kristen harus diajar, kecuali mereka memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka terikat untuk melakukan hal yang perlu untuk dipakai bagi keperluan rumah tangga mereka sendiri dan dengan cara apa pun tidak boleh menghamburkannya untuk mendapatkan surat pengampunan dosa.
  47. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa meskipun mereka bebas untuk membeli surat pengampunan dosa, mereka tidak diwajibkan melakukannya.
  48. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus dalam memberi pengampunan, memiliki kebutuhan dan keinginan lebih banyak agar doa yang tekun dinaikkan baginya, daripada uang yang siap untuk dibayarkan.
  49. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa pengampunan dari Paus itu berguna jika mereka tidak meletakkan kepercayaan mereka akan penyucian; tetapi paling berbahaya jika melaluinya mereka kehilangan rasa takut mereka kepada Allah.
  50. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa jika Paus mengetahui tuntutan para pengkhotbah pengampunan dosa, ia akan lebih menyukai jika Basilika St. Petrus dibakar sampai menjadi abu, daripada dibangun dengan kulit, daging dan tulang domba-dombanya.
  51. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa seperti halnya melakukan kewajiban, demikian juga itu merupakan harapan Paus yang jika perlu menjual Basilika St. Petrus dan memberikan uangnya sendiri kepada banyak orang, yang darinya para pengkhotbah pengampunan dosa menarik uang.
  52. Sia-sialah harapan untuk mendapatkan keselamatan dari surat pengampunan dosa, bahkan sekalipun itu komisari, tidak, bahkan Paus sendiri - harus menjanjikan jiwanya sendiri bagi mereka
  53. Orang yang demi memberitakan pengampunan dosa, mengutuk firman Allah untuk memberi ketenangan di gereja lainnya adalah musuh Kristus dan Paus.
  54. Kesalahan dilakukan terhadap firman Allah jika dalam khotbah yang sama, waktu yang sama , atau lebih lama dihabiskan untuk membahas surat pengampunan daripada untuk membahas firman Allah.
  55. Menurut pikiran Paus jika surat pengampunan, yang merupakan masalah yang sangat kecil, dirayakan dengan satu bel, satu prosesi dan satu seremoni. Injil, yang merupakan masalah yang sangat besar, seharusnya diberitakan dengan ratusan bel, ratusan prosesi dan ratusan seremoni.
  56. Kekayaan gereja yang menyebabkan Paus mengeluarkan surat pengampunan dosa, tidak cukup didiskusikan atau dikenal di antara umat Kristus.
  57. Tampak jelas bahwa kekayaan tersebut bukanlah kekayaan sementara, sebab kekayaan tersebut tidak untuk dibagikan dengan gratis, tetapi hanya ditimbun oleh banyak pengkhotbah surat pengampunan dosa.
  58. Kekayaan itu juga bukan kebaikan Kristus dan para Rasul, sebab tanpa peran Paus maka kebaikan selalu menghasilkan kasih karunia kepada manusia rohani; salib, kematian dan neraka bagi manusia lahiriah.
  59. St. Lawrence mengatakan bahwa harta benda gereja adalah orang-orang miskin di gereja, tetapi ia berbicara menurut penggunaan kata itu pada zamannya.
  60. Kami tidak tergesa-gesa berbicara jika kami berkata bahwa kunci gereja diserahkan melalui kebaikan Kristus, adalah kekayaan itu.
  61. Sangat jelas bahwa kuasa Paus pada hakikatnya sudah memadai untuk mengampuni hukuman dan kasus-kasus yang khusus diberikan kepadanya.
  62. Kekayaan gereja yang sejati adalah Injil Kudus dari kemuliaan dan kasih karunia Allah.
  63. Namun, kekayaan itu paling dibenci karena membuat orang yang pertama menjadi yang terkemudian.
  64. Sementara kekayaan surat pengampunan dosa paling diterima karena membuat yang terakhir menjadi yang pertama.
  65. Oleh karena itu kekayaan Injil adalah jala yang pada mulanya digunakan untuk menjala orang kaya.
  66. Kekayaan surat pengampunan dosa adalah jala yang sekarang digunakan untuk menjala orang kaya.
  67. Surat pengampunan dosa, yang dipromosikan secara jelas oleh para pengkhotbah sebagai kasih karunia terbesar, sebaiknya dipandang sungguh-sungguh seperti itu sepanjang berkaitan dengan meningkatnya keuntungan.
  68. Namun dalam kenyataannya surat itu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kasih karunia Allah dan kesalehan karena salib.
  69. Uskup dan imam terikat untuk menerima komisaris kepausan yang mengurusi surat pengampunan dengan segala kehormatannya.
  70. Namun, mereka masih terikat untuk melihatnya dengan segenap mata mereka dan memperhatikan dengan segenap telinga mereka supaya orang-orang ini tidak mengkhotbahkan keinginan mereka sendiri, namun mengkhotbahkan apa yang diperintahkan oleh Paus.
  71. Biarlah orang yang berbicara menentang kebenaran surat pengampunan dosa Paus terkucil dan terkutuk.
  72. Namun pada sisi lain orang yang mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menentang hawa nafsu dan penyelewengan kebebasan para pengkhotbah pengampunan, biarlah ia diberkati.
  73. Seperti halnya Paus secara adil menghardik orang yang menggunakan berbagai cara untuk merusak perdagangan surat pengampunan.
  74. Terlebih-lebih jika ia menghardik orang yang dengan dalih surat pengampunan, menggunakan sebagai alasan untuk merusak kasih kudus dan kebenaran.
  75. Berpikir bahwa surat pengampunan Paus memiliki kuasa sedemikian sehingga mereka bisa membebaskan manusia bahkan jika - meskipun itu tidak mungkin - ia telah bersalah kepada Bunda Allah, merupakan kegilaan.
  76. Sebaliknya, kami meneguhkan bahwa surat pengampunan Paus tidak bisa menghapuskan dosa paling remeh sekalipun, sepanjang hal itu terkait dengan kesalahannya.
  77. Ungkapan yang menyatakan bahwa seandainya St. Petrus menjadi Paus sekarang, ia tidak bisa memberikan kasih karunia yang besar, merupakan penghujatan kepada St. Petrus dan Paus.
  78. Kami sebaliknya meneguhkan bahwa Paus saat ini atau Paus lain mana pun memiliki kasih karunia yang lebih besar yang dapat digunakan menurut kehendaknya - yaitu: Injil, kuasa, karunia kesembuhan dan sebagaimana tertulis (I Korintus XII.9.)
  79. Mengatakan bahwa salib yang dihiasi panji-panji kepausan memiliki kuasa yang sama dengan salib Kristus, merupakan penghujatan.
  80. Uskup, imam dan teolog yang mengijinkan khotbah semacam itu beredar di antara umat harus memberi pertanggung-jawaban.
  81. Khotbah mengenai surat pengampunan dosa yang tidak terkontrol ini bukanlah hal yang mudah, bahkan juga bagi orang yang terpelajar, tidak bisa menyelamatkan Paus dari fitnah, atau dalam semua peristiwa, pertanyaan kritis kaum awam.
  82. Misalnya: "Mengapa Paus tidak mengosongkan api penyucian demi kasih karunia paling kudus, dan kebutuhan jiwa yang mendesak - ini yang paling benar dari semua alasan - jika ia menebus jumlah jiwa yang tidak terbatas demi hal yang paling hina yaitu uang, yang digunakan untuk membangun Basilika - ini menjadi hal yang paling sepele?"
  83. Sekali lagi: "Mengapa misa penguburan dan misa peringatan hari kematian masih berlanjut, dan mengapa Paus tidak mengembalikan atau mengijinkan penarikan dana yang diwariskan untuk tujuan ini; karena hal ini merupakan kesalahan untuk berdoa bagi orang-orang yang sudah ditebus?
  84. Sekali lagi: "Apakah kerena kesalehan yang baru kepada Allah dan Paus, maksudnya, demi uang, pejabat gereja mengijinkan orang yang tidak beriman dan musuh Allah untuk menebus jiwa-jiwa yang saleh dan mengasihi Allah dari api penyucian, namun tidak menebus jiwa yang saleh dan terkasih itu, berdasarkan kasih yang cuma-cuma, demi kebutuhannya jiwa-jiwa itu sendiri?"
  85. Sekali lagi: "Mengapa peraturan tentang penyesalan dosa, yang sudah lama dihapuskan dan mati dalam kenyataannya karena tidak digunakan, sekarang dipatuhi lagi dengan memberikan surat pengampunan dosa, seolah-olah peraturan-peraturan tersebut masih hidup dan berlaku?"
  86. Sekali lagi: "Mengapa Paus, yang kekayaannya saat ini jauh lebih banyak daripada orang yang paling kaya di antara orang kaya, tidak membangun Basilika St. Petrus dengan uangnya sendiri, sebaliknya dengan uang dari orang-orang percaya yang miskin?"
  87. Sekali lagi: "Apa yang diampuni atau dianugrahkan Paus kepada orang-orang yang dengan penyesalan mendalam dan sempurna, memiliki hak untuk mendapatkan pengampunan dan berkat yang sempurna?"
  88. Sekali lagi: "Berkat yang lebih besar apakah yang diterima gereja jika Paus, tidak satu kali, seperti yang ia lakukan sekarang, memberikan pengampunan dosa dan berkat seratus kali sehari kepada setiap orang yang setia dalam iman?"
  89. Oleh karena keselamatan jiwa, bukannya uang, yang dicari Paus melalui surat pengampunannya, mengapa ia menunda surat-surat dan pengampunan dosa yang diberikan sejak lama karena kedua-duanya sama-sama manjur?"
  90. Untuk menindas keberatan dan argumen kaum awam dengan kekuatan semata-mata dan tidak menyelesaikannya dengan memberikan penjelasan, berarti memberikan kesempatan kepada gereja dan Paus untuk dicemooh musuh-musuh mereka dan membuat orang-orang Kristen tidak senang.
  91. Jika, kemudian, pengampunan dikhotbahkan sesuai semangat dan pikiran Paus, semua pertanyaan ini diselesaikan dengan mudah-tidak, bahkan tidak akan ada.
  92. Jadi, menyingkirlah, semua nabi yang berkata kepada umat Kristus: "Damai, damai" dan tidak ada damai!
  93. Diberkatilah semua nabi yang berkata kepada umat Kristus: "Salib, salib" dan tidak ada salib!
  94. Orang-orang Kristen harus dinasehati untuk setia mengikuti Kristus Sang Kepala mereka melaui penderitaan, kematian dan neraka.
  95. Dan dengan demikian yakin untuk memasuki surga melalui penganiayaan, bukannya melalui damai sejahtera yang palsu.
Jadi setelah saya membaca dari 2 sumber yang saya jadikan patokan yaitu wikipedia dan sarapanpagi beberapa hal yang dapat saya rangkumkan mengenai tokoh Martin Luther sebagai berikut:
- Martin Luther merupakan orang yang pintar dimana dia berhasil lulus dari universitas yang ternama saat itu dan bahkan menjadi pengajar.
- Martin Luther terjun atau memilih menjadi seorang teolog pasti di dalam campur tangan Tuhan, karena ada momen yang tidak mungkin bisa dibuat oleh manusia yaitu adanya kejadian alam yang menakutkan Martin Luther dan adanya keberanian serta kebulatan dalam diri Martin Luther untuk belajar mengenai Allah.
- Martin Luther pada awalnya merupakan seseorang yang menganut ajaran via moderna yaitu Allah akan memberikan anugrah kepada orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Seakan-akan, Allah telah berjanji akan memberikan pengampunan kepada orang berdosa jika dia mencapai syarat minimum yang ditentukan Allah, jadi ada inisiatif dari manusia dalam pengampunan dosanya dan Allah terikat akan kewajibanNya memberikan pengampunan.
- Pada jaman Martin Luther, gereja Roma/Vatikan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan di benua Eropa. Termasuk pimpinan gereja Roma yaitu Paus memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar saat itu.
- Martin Luther kecewa akan kehidupan gereja saat itu apalagi setelah dia kembali setelah berkunjung ke gereja di Roma. Dia melihat kebobrokan gereja bahkan memberikan statement "Biarlah segala yang suci tidak pernah datang ke Roma, karena di Roma segala sesuatu diijinkan kecuali orang jujur"
- Martin Luther yang menjadi seorang guru atau pengajar mengalami titik balik pemikirannya ketika diberikan tugas untuk mengajar mengenai kitab Roma. Martin Luther pun akhirnya mengetahui bahwa tidak ada seorangpun yang mampu menyelamatkan dirinya, hanya Allah yang dapat mengampuni manusia dalam kedaulatan-Nya. Pengampunan inilah yang disebut "anugrah" bahkan imanpun merupakan pemberian Allah, bukan usaha atau keputusan manusia.
- Luther menyaksikan bahwa segala kegelisahan hatinya hilang, "Seperti ada tertulis bahwa orang hidup oleh imannya. Ini membuat aku seperti dilahirkan kembali. Kini aku seakan berdiri di depan pintu gerbang surga dalam suatu terang yang baru. Kalau dulu aku membenci ungkapan "kebenaran Allah", maka sekarang aku mulai mencintai dan memujinya sebagai ungkapan yang paling manis."
- Perubahan cara pandang inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya 95 dalil sikap Luther terhadap kebijakan Paus saat ini yang demi membangun Basilika St. Petrus melakukan hal yang keliru dan bertentangan dengan Alkitab.
- 95 dalil yang ditempelkan di gereja Wittenberg (daerah dimana Luther menjadi pengajar) merupakan ajakan diskusi terhadap utusan Paus yang saat itu lagi giat-giatnya menjual surat pengampunan dosa. Bisa dibaca ditulisan di atas yang merupakan 95 dalil tersebut memang menyoroti soal surat Indulgensia (surat pengampunan dosa) itu.
- 95 dalil inilah yang dicetak dan disebarkan oleh orang yang masih tidak diketahui siapa, ke seluruh penjuru Jerman dan menjadi titik balik kehidupan seorang Martin Luther.
- Paus yang pada awalnya tidak begitu memandang dan peduli akan pandangan Martin Luther pada akhirnya harus mengambil kebijakan terhadap perlawanan dari Martin Luther yang mendapatkan dukungan dari rakyat dan para bangsawan saat ini.
- Bahkan terjadi reformasi dari beberapa daerah di Eropa yang saat itu tunduk pada kekuasaan gereja Roma. Menyebabkan Charles V harus memaksakan kepada para gubernur dan bangsawan saat itu untuk kembali ke gereja Katolik Roma. Terjadilah protes dari bangsawan dan gubernur-gubernur saat itu yang lebih memilih ikut ajaran Luther (Lutheran), hal inilah cikal bakal kata-kata "Protestan"
- DIlakukan berbagai sidang untuk sikap para bangsawan dan gubernur saat itu, dan disidang ketiga yang mengagendakan kehadiran Luther yang akhirnya diwakili oleh sahabatnya yaitu Melanchthon melahirkan Pengakuan Iman Augsburg yang mendapat pertentangan dari gereja Katolik Roma saat itu.
- Disaat sikap dari bangsawan dan daerah yang memilih bergabung dengan Lutheran maka pihak Charles V dan gereja Katolik Roma saat itu hendak melakukan aksi militer terhadap pihak Luther. Tapi karena adanya serangan dari Turki terhadap Austria menyebabkan hal tersebut tidak terjadi.
- Pada akhir hidupnya Martin Luther mengalami penurunan dalam fisik dan mental akibat berbagai hal yang terjadi dalam hidupnya. Dan akhirnya meninggal akibar gagal jantung pada tanggal 17 Februari 1546 pada usia ke-63.

Dari kisah tokoh Martin Luther ini beberapa hal yang bisa dipelajari:
- Tuhan tidak akan membiarkan terus menerus kebobrokan dari manusia.
- Diperlukan keberanian dari manusia itu juga bila menginginkan suatu perubahan.
- Dalam melakukan perubahan selalu ada harga yang harus dibayar.

God Bless You

Kamis, 06 Mei 2010

Tidak Lupa Masa Lalu

Baca: 1 Timotius 1:12-17
Ayat Mas: 1 Timotius 1:14

Ada sebuah dongeng tentang Akhan, kepala istana kepercayaan Baginda Raja, yang memiliki kebiasaan aneh. Setiap pagi sebelum memulai pekerjaannya, ia pergi ke sebuah ruangan yang terletak di belakang istana, dan beberapa saat lamanya berdiam diri di sana. Kebiasaannya itu lama-lama diketahui Baginda Raja. Diam-diam Baginda Raja memeriksa ruangan itu, dan didapati di sana beberapa benda asing: lemari kecil dan kursi tua di pojok ruangan, lalu topi dan sandal petani, serta cangkul di dekatnya.
Baginda Raja pun memanggil Akhan dan bertanya tentang benda-benda itu. Akhan menjelaskan, “Saya adalah anak petani miskin ketika Baginda membawa dan membesarkan saya di istana. Saya menjadi seperti sekarang karena perkenan dan kebaikan Baginda. Setiap hari saya masuk ke ruangan itu dan melihat benda-benda tersebut, untuk mengingatkan diri sendiri, siapa saya dulu.”
Paulus juga tidak pernah melupakan atau menutupi masa lalunya yang kelam. Dan karena itu ia jadi selalu ingat akan kasih karunia Allah dalam hidupnya. “Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi telah dikasihi-Nya,” begitu ia menulis (ayat 13). Tidak heran kalau dalam kondisi apa pun Paulus tidak pernah kekurangan sukacita dan rasa syukur kepada Tuhan.
Mari kita pun senantiasa mengingat kembali rahmat dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita pada masa lalu; supaya kalau sekarang sukses, kita tidak menjadi sombong dan lupa diri. Sebaliknya kalau tengah dirundung kesusahan, kita tidak menjadi kecil hati atau putus asa, tetap bisa bersyukur dan bersukacita.

Bagaimana kita mengingat dan memaknai masa lalu
akan sangat menentukan langkah kita pada masa kini
sumber: Ayub Yahya - www.renunganharian.net

Rabu, 05 Mei 2010

Kapal Doulos

Kapal Doulos dibuat pada 1914. Pada 2009, kapal ini tercatat sebagai kapal tertua yang masih aktif berlayar. Dalam sejarahnya, kapal ini telah dipakai untuk berbagai fungsi. Untuk mengangkut barang dan imigran, juga sebagai kapal pesiar. Namun sejak 1977, kapal ini dikhususkan untuk melayani Tuhan dengan menyalurkan buku-buku dan ilmu pengetahuan ke berbagai daerah di dunia. Melaluinya, banyak hidup yang telah disentuh dan diubahkan. Tak heran, ketika kapal ini akhirnya dipensiunkan pada akhir 2009 lalu, banyak kenangan indah yang bisa diceritakan seputar kapal tersebut.
Sepanjang masa hidup-Nya di dunia, Yesus juga menyentuh dan mengubah hidup banyak orang. Baik para rasul yang selalu mengikuti-Nya, juga semua orang yang pernah bertemu dan dilayani-Nya. Melalui ucapan, perbuatan, maupun mukjizat-Nya; hidup mereka diubahkan, pengharapan mereka dikukuhkan, iman mereka dikuatkan. Sedemikian luar biasa hidup Yesus, sampai-sampai ketika Rasul Yohanes mengenang-Nya, ia mengakui tidak mampu mencatat semua karya-Nya itu.
Kenangan apa yang akan kita tinggalkan ketika kelak meninggalkan dunia ini? Akan sangat indah kalau kenangan yang ada di benak orang-orang adalah bahwa hidup kita telah menjadi berkat bagi orang lain. Bahwa hidup kita telah menyentuh dan mengubah hidup banyak orang. Karena itu, arahkan hidup kita ke sana. Segera! Sebelum terlambat. Jangan sampai akhirnya kita menutup hidup ini dalam penyesalan, karena sadar bahwa ternyata hidup kita tidak berdampak. Bahwa tidak ada orang yang pernah kita sentuh dan ubah.

Kenangan apa yang akan orang ingat tentang hidup kita
Kelak sesudah kita meninggal?


sumber: Alison Subiantoro - www.renunganharian.net

Senin, 03 Mei 2010

Kisah Arloji Yang Hilang

Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu.
Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut.
Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.
"Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini ?", tanya si tukang kayu.
"Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada", jawab anak itu.
Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam 'kesibukan dan kegaduhan'. Ada baiknya kita menenangkan diri kita terlebih dahulu sebelum mulai melangkah menghadapi setiap permasalahan. "Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin." (Pengkhotbah 4:6). "

dikutip dari www.cerita-kristen.com

BUNGA CANTIK DALAM POT YANG RETAK

Rumah kami langsung berseberangan dengan pintu masuk RS John Hopkins di Baltimore. Kami tinggal dilantai dasar dan menyewakan kamar-kamar lantai atas pada para pasien yang ke klinik itu.
Suatu petang dimusim panas, ketika aku sedang menyiapkan makan malam, ada orang mengetuk pintu. Saat kubuka, yang kutatap ialah seorang pria dengan wajah yang benar buruk sekali rupanya. "Lho, dia ini juga hampir cuma setinggi anakku yang berusia 8 tahun," pikirku ketika aku mengamati tubuh yang bungkuk dan sudah serba keriput ini. Tapi yang mengerikan ialah wajahnya, begitu miring besar sebelah akibat bengkak, merah dan seperti daging mentah., hiiiihh...!
Tapi suaranya begitu lembut menyenangkan ketika ia berkata, "Selamat malam. Saya ini kemari untuk melihat apakah anda punya kamar hanya buat semalam saja. Saya datang berobat dan tiba dari pantai Timur, dan ternyata tidak ada bis lagi sampai esok pagi." Ia bilang sudah mencoba mencari kamar sejak tadi siang tanpa hasil, tidak ada seorangpun tampaknya yang punya kamar.
"Aku rasa mungkin karena wajahku .. Saya tahu kelihatannya memang mengerikan, tapi dokterku bilang dengan beberapa kali pengobatan lagi..."
Untuk sesaat aku mulai ragu2, tapi kemudian kata2 selanjutnya menenteramkan dan meyakinkanku: "Oh aku bisa kok tidur dikursi goyang diluar sini, di beranda samping ini. Toh bis ku esok pagi2 juga sudah berangkat."Aku katakan kepadanya bahwa kami akan mencarikan ranjang buat dia, untuk beristirahat di beranda.
Aku masuk kedalam menyelesaikan makan malam. Setelah rampung, aku mengundang pria tua itu, kalau2 ia mau ikut makan. "Wah, terima kasih, tapi saya sudah bawa cukup banyak makanan." Dan ia menunjukkan sebuah kantung kertas coklat. Selesai dengan mencuci piring2, aku keluar mengobrol dengannya beberapa menit. Tak butuh waktu lama untuk melihat bahwa orang tua ini memiliki sebuah hati yang terlampau besar untuk dijejalkan ke tubuhnya yang kecil ini.
Dia bercerita ia menangkap ikan untuk menunjang putrinya, kelima anaknya, dan istrinya, yang tanpa daya telah lumpuh selamanya akibat luka di tulang punggung. Ia bercerita itu bukan dengan berkeluh kesah dan mengadu; malah sesungguhnya, setiap kalimat selalu didahului dengan ucapan syukur pada Allah untuk suatu berkat! Ia berterima kasih bahwa tidak ada rasa sakit yang menyertai penyakitnya, yang ternyata semacam kanker kulit. Ia bersyukur pada Allah yang memberinya kekuatan untuk bisa terus maju dan bertahan.
Saatnya tidur, kami bukakan ranjang lipat kain berkemah untuknya di kamar anak-anak kami. Esoknya waktu aku bangun, seprei dan selimut sudah rapi terlipat dan pria tua itu sudah berada di beranda. Ia menolak makan pagi, tapi sesaat sebelum ia berangkat naik bis, ia berhenti sebentar, seakan meminta suatu bantuan besar, ia berkata, "Permisi, bolehkah aku datang dan tinggal disini lagi lain kali bila aku harus kembali berobat? Saya sungguh tidak akan merepotkan anda sedikitpun. Saya bisa kok tidur enak dikursi."Ia berhenti sejenak dan lalu menambahkan, "Anak-anak anda membuatku begitu merasa kerasan seperti di rumah sendiri. Orang dewasa rasanya terganggu oleh buruknya wajahku, tetapi anak-anak tampaknya tidak terganggu."
Aku katakan silahkan datang kembali setiap saat. Ketika ia datang lagi, ia tiba pagi-pagi jam tujuh lewat sedikit. Sebagai oleh-oleh, ia bawakan seekor ikan besar dan satu liter kerang oyster terbesar yang pernah kulihat. Ia bilang, pagi sebelum berangkat, semuanya ia kuliti supaya tetap bagus dan segar. Aku tahu bisnya berangkat jam 4.00 pagi, entah jam berapa ia sudah harus bangun untuk mengerjakan semuanya ini bagi kami. Selama bertahun-tahun sejak ia datang dan tinggal bersama kami, tidak pernah sekalipun ia datang tanpa membawakan kami ikan atau kerang oyster atau sayur mayur dari kebunnya. Beberapa kali kami terima kiriman lewat pos, selalu lewat kilat khusus, ikan dan oyster terbungkus dalam sebuah kotak penuh daun bayam atau sejenis kol, setiap helai tercuci bersih. Mengetahui bahwa ia harus berjalan sekitar 5 km untuk mengirimkan semua itu, dan sadar betapa sedikit penghasilannya, kiriman-kiriman dia menjadi makin bernilai...
Ketika aku menerima kiriman oleh-oleh itu, sering aku teringat kepada komentar tetangga kami pada hari ia pulang ketika pertama kali datang. "Ehhh, kau terima dia bermalam ya, orang yang luar biasa jelek menjijikkan mukanya itu? Tadi malam ia kutolak. Waduhh, celaka dehh.., kita kan bakal kehilangan langganan kalau nerima orang macam gitu!"
Oh ya, memang boleh jadi kita kehilangan satu dua tamu. Tapi seandainya mereka sempat mengenalnya, mungkin penyakit mereka bakal jadi akan lebih mudah untuk dipikul. Aku tahu kami sekeluarga akan selalu bersyukur, karena sempat dan telah mengenalnya; dari dia kami belajar apa artinya menerima yang buruk tanpa mengeluh, dan yang baik dengan bersyukur kepada Allah.
Baru-baru ini aku mengunjungi seorang teman yang punya rumah kaca. Ketika ia menunjukkan tanaman-tanaman bunganya, kami sampai pada satu tanaman krisan [timum] yang paling cantik dari semuanya, lebat penuh tertutup bunga berwarna kuning emas. Tapi aku jadi heran sekali, melihat ia tertanam dalam sebuah ember tua, sudah penyok berkarat pula. Dalam hati aku berkata,"Kalau ini tanamanku, pastilah sudah akan kutanam didalam bejana terindah yang kumiliki."
Tapi temanku merubah cara pikirku. "Ahh, aku sedang kekurangan pot saat itu," ia coba menerangkan, "dan tahu ini bakal cantik sekali, aku pikir tidak apalah sementara aku pakai ember loak ini. Toh cuma buat sebentar saja, sampai aku bisa menanamnya di taman."
Temanku pastilah terheran-heran sendiri karena melihat aku tertawa begitu gembira, tapi aku membayangkan kejadian dan skenario seperti itu disurga. "Hah, yang ini luar biasa bagusnya," mungkin begitulah kata Allah saat Ia sampai pada jiwa nelayan tua baik hati itu." Ia pastilah tidak akan keberatan memulai dulu di dalam badan kecil ini." Semua ini sudah lama terjadi, dulu dan kini, di dalam taman Allah, betapa tinggi seharusnya berdiri jiwa manis baik ini.

"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang didepan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b) 

"Your failure is not a reason for GOD to stop loving you"
GBU all "

dikutip dari www.cerita-kristen.com

Rabu, 28 April 2010

Kesaksian Jim Caviezel pemeran Yesus dalam film Passion Of The Christ

artikel ini saya cuplik dari http://sityb.wordpress.com/2009/09/08/kesaksian-jim-caviezel-pemeran-yesus-dalam-the-passion-of-the-christ/


Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of the Christ”. Berikut refleksi atas perannya di film itu.
JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN2 KECIL DALAM FILM2 YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL “ THE THIN RED LINE”. ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.
Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.
“Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.
Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, “Hallo ini, Mel”. Kata suara dari telpon tersebut. “Mel siapa?”, Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu actor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.
Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.
Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai actor di Hollywood.
Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.
Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. “Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?” Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di “Thin Red Line”. Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!
Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banya referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.
Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.
Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.
Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran munkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.
Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.
Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.
Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.
Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan saya pun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka mereka pun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.
Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat di dalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.
Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan di tanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.
Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.
Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya.
Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada di atas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, di samping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.
Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hantaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini).
“Apa yang telah terjadi?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.
Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.
Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri.
Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.
Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.
Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin.